Pada Senja yang membuatku bertanya
Degradasi warna yang indah
siluet sunset adalah yang terbaik
Seolah bilang "kamu sudah melakukan yang terbaik"
namun seketika...
logika menyangkalnya
Kenapa kita yang tak saling mengerti berusaha untuk saling memahami? bukankah sudah jelas bahwa kita tak akan bisa memahami orang lain, kemampuan kita terbatas, dan keegoisan (untuk selalu ingin difahami) yang menang. Lantas, kamu berharap apa terhadap manusia?
boleh kutanya?
kenapa masalah hati tidak bisa dicari pembenarannya di dalam logika? logika tak berkutik melawan hati. Dia bodoh seolah tak pernah disekolahkan. Logika lumpuh lebur dalam kata "maaf aku yg salah" yang sangat ingin aku ucapkan tapi tak pernah keluar dari mulutku.
Aku kekeuh, aku tak salah.
Kemudian, aku kehilanganmu.
Seperti itukah skenario terbaik melawan hati yang bodoh? dengan cara kehilangan? tidak tidak. Pasti ada cara lain. Masa sekarang ini, memang kita akan saling melukai. kita saling memaki. saling mencaci. saling menyombongkan diri. saling merasa benar. saling membenci, dan yang pasti saling meninggalkan.
tapi kamu tau apa yang lucu?
sejauh apapun kita pergi, kita akan saling mencari dan kembali. aku benci ketika mendapati diriku terbangun dalam pelukmu malam itu. aku memebencimu sambil memelukmu erat. air mataku menggenang. kini aku menyadari, membenci itu juga bagian dari mencintai. dan membencimu merupakan bukti sisa sisa cinta yang ku punya.
ily...
- ditulis pada ketinggian 20.000 kaki diatas selat Bali.
0 komentar