Autumn, aku menyukainya. Daun, Angin, Orange dan kerinduan. Perpaduan yang menghanyutkan bagiku. Apa jika aku merasakannya maka aku akan benar-benar hidup? Membayangkan dedaunan jatuh menerpaku saat aku menyusuri jalanan kota, merasakan belaian angin di rambutku, dan merasakan rindu yang menggerogoti hatiku selama bertahun-tahun ini. Rindu, ya benar aku merindukannya. Laki-laki membosankan yang mengajariku keformalan dalam hidup. Rinduku Apa hanya sampai disini? tidak!

Rinduku tak biasa, Rinduku menguatkan. Bahkan jika harus menangis, Rinduku tetaplah Indah meski tak jarang ini menyiksa. Menatap langit yang sama dengan dimensi yang berbeda lalu merefleksikannya menjadi mimpi yang bersemayam indah di benakku, membuatku merasa... Aku hidup! namun dalam kesemuan yang tak terbukti.

Kamu, Permataku yang hilang....

Apakah kamu hanya Mimpiku yang menghilang bersama mentari pagi?

ataukah kamu memang tidak ada didunia ini?

Apapun itu, Permataku, kamu membuatku melewati semua ini. Aku kuat karena aku beranggapan memilikimu. Aku akan melanjutkan mimpi ini. Sampai pada akhirnya kelak, ketika aku benar-benar berada pada suatu negara yang memiliki Autumn season, pertanyaan yang aku ulangi setiap hari akan aku akhiri dengan jawaban

 kamu telah hilang dari genggamanku, tapi kamu tetap hidup di setiap mimpiku, 

membawaku melangkah hingga jauh. menapaki garis nasib, 

tak pernah menggandengku hanya memastikan aku bangkit lagi ketika aku tersandung jatuh, 

Permataku... 

dimana kita terjatuh jikalau bumi dan galaksi ini tidak pernah memiliki grafitasi dan kita tak pernah melayang di angkasa? 

tahukah kamu jawabannya? 

kira-kira begitulah, ujung dari kerinduanku

Permataku...

Jikalau kamu tak kembali

Bisakah aku menemukan orang lain yang tiada beda dengan

Permataku yang Hilang