Bali (Kapankah aku menemukanmu kembali)
Bali bukan lagi hingar bingar
setidaknya bagiku, saat ini
Landing menjadi bagian terpenting dalam perjalanan, entah kemanapun itu. Menerka dan merenungi, bak dua waktu yang rentan akan penyesalan (masa depan dan masa lalu). Orang yang ada di anganku dan yang ada didepanku berbeda. Terkadang aku berfikir, dimana awal kesalahannya? kenapa hasil akhirnya berbeda? kadang kita lupa akan variabel uncontroll called time...
Hai, kataku dengan nada getir. Apa kabar ?
kepadamu, perjalanan. Pernah aku berfikir semua hal akan tetap sama, pernah pula aku berfikir perasaannya akan tetap ada bagaimanapun ceritanya. (nyengir) bodoh! aku lupa bahwa kita mengenal konsep yang disebut dinamis dan adaptif. Bagaimana aku berfikir semuanya akan tetap sama? Ada hal yang memang seharusnya di ikhlaskan, misalnya waktu dan penyesalan.
Lama aku tak merasakan air mata yang tertahan sesak memenuhi isi hati. Lama aku tak mengingat rasa sakit kehilanganmu. Aku juga sudah lupa kapan terakhir kali aku merasa hidup. Aku sudah lupa, kehilanganmu tidaklah sulit bagiku, namun secara tak sadar aku membeku, keras, dingin, tapi mudah hancur. Pertanyaan berulangku 5 tahun ini, bisakah kembali ke waktu itu ? bisakan ? orangnya masih ada, keadaan masih mendukung, dan... aku masih tetap sama, merindunya.
Psikologku pernah bilang, perasaan itu nyata. Semua yang kita rasakan adalah nyata. Tugas kita hanyalah mengenali emosi itu dan memberinya nama. kini, rasa itu punya nama, walaupun jelek namanya tapi tetap saja aku menyebutnya ~penyesalan
Bener kata Fiersa Besari, pada akhirnya kita akan tetap melupakannya. Jika bukan karena waktu ya karena terpaksa. Aku sudah membuktikan, waktu tidak menjanjikan aku melupakanmu. Hanya tersisa kemungkinan terakhir, terpaksa. walau aku tau aku belum tentu bisa.
Bali bukan lagi kenangan manis, yang tersisa hanyalah perenungan. Bali bukan lagi kesempatan bahagia, melainkan gambaran sayap patah di pasir pantai yang tergerus ombak. Ada satu hal yang sangat aku fahami dari proses perjalanan ini. Jangan pernah meninggalkan seseorang yang kamu sayang, terlebih lagi kalau dia terlalu sempurna bagimu. Sesuatu yg sempurna akan sangat sulit untuk dilupakan. percayalah, tak akan celah bagimu untuk membencinya terlebih lagi melupakannya. Tidak akan aku ulangi untuk kedua kalinya.

(terimakasih untuk kopimu yang sudah menemani perenungan ini)
setidaknya bagiku, saat ini
0 komentar