~aku sudah (ingin) selesai~
Hai, good night
kataku
dari pulau kecil bernama Gili Trawangan, Lombok
Ditemani deburan ombak dan langit penuh bintang
tak ketinggalan kapal-kapal yang diikat di sepanjang bibir pantai ini
kapal diikat? mungkinkah hanya kapal, bukan hati yang tertambat?
Sudah lewat satu lustrum. waktu itu kamu sedang berjalan di pantai dengan ombak yang meronta-ronta, melewati jemari kakimu di sepanjang bibir pantai. kamu teringat padaku. katamu.
Aku rindu.
Aku sangat ingin bersamamu waktu itu. Karena itu pula aku selalu ingin berjalan di pantai saat malam dan merasakan apa yang kamu rasakan malam itu. Sekali lagi aku tanya, perahu yang tertambat ataukan hanya hati yang tak mau pergi? Kususuri bibir pantai Gili Trawangan dengan kaki telanjang. Aku telah memenuhinya, bedanya hanya kamu bukanlah milikku lagi. Aku sedang menemanimu, dari masa sekarang untuk waktu itu.
Aku telah jauh menyusuri pantai ini sambil memungut sisa ingatan tentangmu. Gelap yang tersisa, membuat seorang bernama Marcell mengampiriku, dia dari Argentina. Bertanya kenapa aku berjalan di pantai pukul 11 malam dan melihat perahu-perahu yang tertambat itu. Aku tidak menjawab, namun air di pelupuk mataku ingin menjelaskannya. Lalu Marcell dengan berat hati berjalan meninggalkanku sambil melihatku sesekali. Setelah beberapa menit, dia kembali padaku dan bertanya. "Who are you?" "What are you doing?" ku jawab, aku hanya ingin menikmati ombak dan langit itu. Lalu dia tersenyum lega, dan menepuk-nepuk kedua lenganku. Menekankan jemarinya seolah bilang "you will be fine, friend" kemudian dia berlalu.
Aku melepasmu, aku merelakanmu, ah bukan aku (akan) melupakanmu.
batinku.
Aku memilih bahagia, menjalani sisa hidupku. Perasaan bersalah padamu telah kukikis habis. Sisa-sisanya kutitipkan pada deburan ombak dibawah kakiku. Bekasnya kukirimkan disetiap senyummu. Aku mengerti penjelasanmu tempo hari. Katamu, cinta yang ku punya hanya gurauan. Katamu, aku bukanlah yang tercinta lagi, dan katamu, aku bukanlah pilihan. Aku mengerti sakit yang kutinggalkan dan aku mengerti bahwa kita berhak untuk bahagia (masin-masing). Aku telah melebur habis sisa-sisa kekecewaan yang telah lalu. begitu pula denganmu, jangan meminta maaf, cukup bahagiakanlah dirimu. karena di setiap senyumanmu ku titipkan doa sepertiga malamku.
kata orang-orang retjeh, hidup itu ada 3 fase.
Hidup telah lama berputar meninggalkan cerita. Sangat tidak adil jika aku kekeuh meratapi masa lalu. Kelak, kamu hanyalah orang asing yang pernah datang pada satu ingatan. kelak kamu bukanlah orang yang penting kemudian (seperti tulisan Boy Candra). aku memilih untuk tetap waras, aku memilih untuk meninggalkan masa lalu di balik punggungku. tentunya aku tak akan sanggup berjalan dengan kakiku. Aku butuh sepeda, iya warna kuning ya. Aku ingin hariku kedepannya cerah penuh keceriaan dan senyuman. Aku memilih untuk merelakanmu. Aku melepaskan beban beratku selama bertahun-tahun. Kamu dengan orang baru, dan aku dengan kesibukanku traveling. Iya, aku tidak ingin menangisimu (lagi), aku lebih memilih menghabiskan fase keduaku dengan jalan-jalan. Setiap aku mengunjungi tempat baru, aku sapa kamu. Aku tersenyum padamu dan Aku akan bawa oleh-oleh buat kamu.
a bundle of happiness
without tears.
tak ketinggalan kapal-kapal yang diikat di sepanjang bibir pantai ini
kapal diikat? mungkinkah hanya kapal, bukan hati yang tertambat?
Sudah lewat satu lustrum. waktu itu kamu sedang berjalan di pantai dengan ombak yang meronta-ronta, melewati jemari kakimu di sepanjang bibir pantai. kamu teringat padaku. katamu.
Aku rindu.
Aku sangat ingin bersamamu waktu itu. Karena itu pula aku selalu ingin berjalan di pantai saat malam dan merasakan apa yang kamu rasakan malam itu. Sekali lagi aku tanya, perahu yang tertambat ataukan hanya hati yang tak mau pergi? Kususuri bibir pantai Gili Trawangan dengan kaki telanjang. Aku telah memenuhinya, bedanya hanya kamu bukanlah milikku lagi. Aku sedang menemanimu, dari masa sekarang untuk waktu itu.
Aku telah jauh menyusuri pantai ini sambil memungut sisa ingatan tentangmu. Gelap yang tersisa, membuat seorang bernama Marcell mengampiriku, dia dari Argentina. Bertanya kenapa aku berjalan di pantai pukul 11 malam dan melihat perahu-perahu yang tertambat itu. Aku tidak menjawab, namun air di pelupuk mataku ingin menjelaskannya. Lalu Marcell dengan berat hati berjalan meninggalkanku sambil melihatku sesekali. Setelah beberapa menit, dia kembali padaku dan bertanya. "Who are you?" "What are you doing?" ku jawab, aku hanya ingin menikmati ombak dan langit itu. Lalu dia tersenyum lega, dan menepuk-nepuk kedua lenganku. Menekankan jemarinya seolah bilang "you will be fine, friend" kemudian dia berlalu.
![]() |
dan senja membuat kita mengerti arti sebuah kata "rela" |
Aku melepasmu, aku merelakanmu, ah bukan aku (akan) melupakanmu.
batinku.
Aku memilih bahagia, menjalani sisa hidupku. Perasaan bersalah padamu telah kukikis habis. Sisa-sisanya kutitipkan pada deburan ombak dibawah kakiku. Bekasnya kukirimkan disetiap senyummu. Aku mengerti penjelasanmu tempo hari. Katamu, cinta yang ku punya hanya gurauan. Katamu, aku bukanlah yang tercinta lagi, dan katamu, aku bukanlah pilihan. Aku mengerti sakit yang kutinggalkan dan aku mengerti bahwa kita berhak untuk bahagia (masin-masing). Aku telah melebur habis sisa-sisa kekecewaan yang telah lalu. begitu pula denganmu, jangan meminta maaf, cukup bahagiakanlah dirimu. karena di setiap senyumanmu ku titipkan doa sepertiga malamku.
kata orang-orang retjeh, hidup itu ada 3 fase.
- Fase 1 : Lahir
- Fase 2 : Apa apa an ini?
- Fase 3 : Meninggal
Hidup telah lama berputar meninggalkan cerita. Sangat tidak adil jika aku kekeuh meratapi masa lalu. Kelak, kamu hanyalah orang asing yang pernah datang pada satu ingatan. kelak kamu bukanlah orang yang penting kemudian (seperti tulisan Boy Candra). aku memilih untuk tetap waras, aku memilih untuk meninggalkan masa lalu di balik punggungku. tentunya aku tak akan sanggup berjalan dengan kakiku. Aku butuh sepeda, iya warna kuning ya. Aku ingin hariku kedepannya cerah penuh keceriaan dan senyuman. Aku memilih untuk merelakanmu. Aku melepaskan beban beratku selama bertahun-tahun. Kamu dengan orang baru, dan aku dengan kesibukanku traveling. Iya, aku tidak ingin menangisimu (lagi), aku lebih memilih menghabiskan fase keduaku dengan jalan-jalan. Setiap aku mengunjungi tempat baru, aku sapa kamu. Aku tersenyum padamu dan Aku akan bawa oleh-oleh buat kamu.
a bundle of happiness
without tears.
2 komentar
Yang ini bikin baper say hiks 😂🤗
BalasHapusGini nih efek galau di tempat bagus hahaha
Hapus