Paranormal Experience in Puncak B29 (Kita Punya Tetangga Satu atau Dua?)
Kita berangkat Almost without planning, semua terjadi begitu saja. Aku
sama temanku Rahma berangkat dari Malang ke Probolinggo. Tiga jam
perjalanan kita lalui menggunakan Motor. Awal berangkat kita tersesat,
ini agak gak logis mengingat Rahma adalah orang Probolinggo yang hafal
jalan, yah kita masih positif thinking aja, walaupun aku mengomel
sepanjang perjalanan. Aku merasa Rahma pikun, dan dia merasa ada yang
tidak beres. Kita coba satu jalan ke jalan lainnya, dan.... oke fine we
are lost.
setelah mengingat-ingat dan bertanya sana sini, finally kita sampai di
kawasan bromo tengger, tepatnya di homestay milik temannya Rahma sekitar
pukul 15.00 WIB. Aku tidak tahu menahu tentang perjalanan ini, aku
hanya... mengekor ahaha. semua sudah di atur oleh Rahma dan
teman-temannya. Semua perlengkapan muncak sudah disiapkan beserta
konsumsi. Bagianku? hanya makan hehehe (tersenyum jahat).
Kita berangkat melewati lautan pasir, say good bye dengan gunung bromo, bye bye juga bukit teletubies (yang sejujurnya tidak ada teletubies terlihat LOL) dan jalan yang tidak pernah terfikirkan akan aku lalui pun terlihat! OMG fikiranku kemana. Tepat didepanku menjulang bukit tinggi dengan pohon yang besar-besar serta rerumputan dan ilalang mengerumuni sekitar jalan setapak itu. "Are you sure, kita akan menerobos hutan ini?" tanyaku dalam hati. Tapi yah terserah, toh aku tinggal diam aja sambil melindungi sumber kehidupan kita selama di puncak (ya Carrier besar yang ada dipunggungku).
Menerobos jalan yang hanya bisa dilewati satu RODA motor itu sangat menegangkan. Aku tertabrak ilalang kanan kiri, terkena debu dari motor depan dan belakangku, dan yang paling serem adalah, sebelahku tepat adalah JURANG!!! kalau kita terpeleset (amit-amit) ya bye bye my soul, pulang tinggal nama. jika ada tanjakan yang tidak kuat dilalui motor, kita terpaksa harus turun dan mendaki dengan motor yang bergantian di dorong.
Sepanjang perjalanan banyak tanaman unik yang buahnya bisa dimakan. Yah bukan Rahma kalau dia tidak merampok buah-buah itu. Ah itu hanya hiburan kecil ditengah kegelisahan membelah hutan ini. Matahari tenggelam, dan kami tak kunjung sampai. semua mulai samar di mataku, tapi motor kita tetap melaju meraung ditengan gema hutan tak bernama ini. Aku hanya memilih memejamkan mata sambil mencoba bernafas normal.
Kita sampai di puncak sekitar pukul 19.00 atau 20.00 aku kurang tahu
karena aku tersihir oleh bentangan lautan bintang. Bintang-bintang itu
terasa sangat dekat walaupun sebenarnya berjuta-juta km jauhnya (yah
seperti kamu, terasa deket di hati walaupun sebenernya jauhnya
nauzubilllahhh wkwkwkwk). Aku tercengang beberasa saat, sebelum temen
rahma mencoba mendirikan tenda. Akhirnya kita berempat mendirikan tenda,
memang hanya ada kita disana. Tidak ada pendaki lainnya.
Beberapa saat kemudian, datang 2 pendaki lain yang hendak mendirikan tenda. Mereka berasal dari Jember, sebut saja Bapak Jember (nama samaran wkwk). mereka terlihat kesusahan mendirikan tenda akhirnya kami bantu sambil kenalan tipis-tipis. Tenda kami tepat disebelah tenda bapak Jember. Setelah urusan pertendaan selesai, kami masuk tenda, sholat dan masak mie rebus. Tak pernah terasa seenak ini, mie ditengah kepungan udara dingin terasa seperti air ditengan padang pasir.
Udara dingin ini seakan menerobos masuk tenda yang membuat basah area
sekitarnya. Aku kedinginan! pingin pipis!!!! akhirnya aku mengajak Rahma
untuk melunasi hasrat hajat ini. kami memutar mencari sasaran lokasi
yang memenuhi segala persyaratan untuk mengeluarkan yang harus
dikeluarkan. upss....
"Yeee.... kita punya tetangga baru. Ada tenda satu lagi" ucap rahma kegirangan.
"Mana ada tenda lagi, orang itu cuman tendanya bapak Jember kok" jawabku aneh.
"Lha itu... itu tenda bapak jember dan satunya tenda baru" jelas Rahma sambil menunjuk kearah dua tenda yang dia lihat.
"Gak ada tenda lagi Rahma! Tenda bapak Jember ada disana" gumamku geram sambil menunjuk tenda bapak Jember.
Percakapan itu selesai disana dengan pemikiran masing-masing.
Kami lelah, dan kami tidur....
Keesokan harinya, bahkan matahari belum muncul namun awan-awan itu telah menyapa dahulu.
This is the time.... take a picture everywhere hohoho
Setelah hari mejelang siang, kami memutuskan untuk turun dan mampir ke
sebuah warung makan. Percakapan rekonsiliasi pun dimulai....
"Mblo, tenda kemarin yang kamu lihat punya bapak Jember itu warna apa?" tanya Rahma membuka percakapan.
"Biru" dengan entengnya aku menjawab sambil makan.
"beneran?" ucap Rahma meyakinkan.
"Iya" masih gak sadar.
"MBLO... tenda bapak Jember itu warnanya hijau tosca! kenapa kamu malah
bisa lihat yang tenda Biru? Semalem aku lihat ada dua tenda. Satu tenda
bapak jember warna Tosca dan satu warna biru. Tapi kamu malah lihat yang
warna biru dan nunjuk tenda itu. kenapa kamu gak bisa lihat tenda bapak
jember?" jelas Rahma dan tentang warna tenda bapak jember, dua teman
Rahma juga bilang kalau tenda itu berwarna Tosca.
Aku terdiam, terhenyak. dan berfikir. iya aku menghianati logikaku.
sejujurnya aku juga penasaran ketika aku bangun dan melihat tenda
disebelahku berwarna tosca bukan biru seperti yang aku lihat semalam.
Apa itu berarti....
"Kamu bahaya Mblo, jangan masuk tenda sembarangan ya!" tegasnya.
terus aku lihat tenda siapa malam itu?????
See you in the next trip!
0 komentar